Sabtu, 05 Maret 2016

Hari Itu

Hari Itu
(sebuah cerita fiksi mengenai sebuah kontroversi hati)
Disclaimer:
All casts here belong to theirselves. Cerita ini hanya fiktif belaka. Adapun kesamaan nama, tempat, waktu, adegan dll hanyalah kebetulan semata.
Enjoy the story.
-----
“I’ve never imagine before that you will fall for me. Cause to be honest that time I was trying to catch his attention. And not you.”

Hani POV
Awal Musim Panas
Ini pilihanku untuk bersama kalian. Makadari itu aku harus sungguh-sungguh melakukan tugas ini.

Musim Panas menuju Musim Gugur
“Jangan pernah ada penyesalan atas apa yang sudah kau pilih” itu selalu menjadi pemicuku untuk terus bertahan dan melakukan tugas ini semaksimal mungkin. Dan tak terasa tugas ini sudah lebih dari setengahnya terlewati dengan segala persiapan yang sudah dan masih terus dilakukan sampai datangnya hari itu. Hari penentuan hasil tugas. Setiap hari bersama kalian selalu bisa membuatku tertawa dan membuat hariku berwarna.

Pertengahan Musim Gugur
Sekitar 2 minggu sebelum hari penentuan hasil tugas yang sudah kita kerjakan kita ketahui bahwa acara inti penentuan itu akan dilaksanakan di hutan, berkonsepkan camping dan outbond. Dan hari itu aku memilih untuk masuk kelompokmu. Mengapa? Karena menurutku kelompokmu merupakan kelompok yang paling aman dan tidak akan menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan, yah meskipun sesungguhnya aku iri dan ingin satu kelompok bersamanya. Namun sayangnya kupikir jika aku sekelompok dengannya nantinya akan sangatlah awkward. Hingga pada akhirnya walaupun dengan agak sedikit berat kupilih untuk sekelompok denganmu.
Aku yang notabene-nya tidak mengerti apa-apa diharuskan untuk bertanya agar tidak terlalu kosong. Dan karena kamu adalah yang lebih banyak pengalamannya dibanding kami, akupun tak henti-hentinya bertanya padamu. Dan sejak saat itu tak henti-hentinya kita berbincang walaupun bukan mengenai tugas kita. Kamu seringkali melontarkan humor yang selalu bisa membuatku tertawa.
Seiring berjalannya waktu, persiapan yang setiap harinya menjadi semakin matang dan akhirnya hari itu, tibalah hari penentuan hasil pelaksanaan tugas kita.

Hutan, Malam Hari di Penghujung Musim Gugur
Sejujurnya aku ini orangnya agak penakut. Yah, walaupun aku selalu berusaha menyembunyikannya. Tapi tetap saja pada saat itu aku tidak bisa menyembunyikan rasa takutku sehingga aku tak henti-hentinya mengajakmu bicara. Tapi terimakasih sudah mengerti akan ketakutanku dan terimakasih pula sudah berusaha menjagaku (walaupun aku baru menyadarinya saat ini dan bukan sejak saat itu).
Saat tugas kita hampir selesai, tinggal beberapa menit kita tunggu dan tinggal beberapa titik kita sambungkan. Ditengah keseriusan itu, kau melontarkan kata-kata yang lagi-lagi bisa membuatku tertawa. Otomatis aku melirik ke arahmu dan hampir tertawa terbahak, namun untung saja aku masih bisa menahannya. Dan akhirnya semua tugas itupun selesai.
Tak terasa, karena tugas itu ternyata banyak waktu yang sudah terlewati dan saat itu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Bahkan aku sendiri yang biasanya paling peka mengenai waktu tidak menyadari hal itu. Segera aku dan yang lain membersihkan diri dan mengganti pakaian agar bisa segera tidur dan beristirahat. Namun ternyata setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian, waktu sudah menunjukkan pukul 4 yang mana itu sangatlah tanggung karena tak lama lagi dari itu matahari pagi akan segera terbit. Dan setelah kembali ke tempat kita akan beristirahat ternyata hampir semua tempat sudah terpenuhi hanya terdapat beberapa space kecil untuk sekitar 4 orang lagi. Dengan segera akupun merapihkan tas dan barang-barangku agar dapat kugunakan untuk tidur. setelah membereskan barang dan hendak tidur, aku mendapati ternyata kamu juga belum tidur. kamu duduk disebelah kananku yang hanya terhalang oleh beberapa tas. Sedikit kita berbincang mengenai kenapa aku belum tidur dan kenapa kamu belum tidur. dan pertanyaan itu kamu jawab “Mau jagain kamu sampe kamu tidur dulu” sejujurnya aku kaget namun berusaha kusembunyikan itu dan hanya mendecih dan agak tertawa leceh. Kemudian akupun berbaring masih sambil berbincang denganmu dan tanpa kusadari akhirnya akupun tertidur.
Begitu matahari pagi terbit dan menyinari aku terbangun dan melihat ada kain yang menyelimutiku mungkin agar aku tidak kedinginan ketika tidur tadi. Dan saat kulihat kesebelah kananku ternyata kau tengah tertidur tanpa selimut apapun. Segera kupindahkan kain yang menyelimutiku kepadamu agar kamu tidak terlalu kedinginan. Akupun segera bangun dan keluar dari tenda melihat keadaan diluar yang ternyata sudah cukup banyak orang yang tengah beraktifitas. Kulihat Mina eonni tengah sedikit jengah ketika kudekati ternyata ia tengah lapar. Segera aku membantunya membawa bahan makanan yang ada dan membantunya memasak. Saat makanan sudah matang kamu dan yang lainnya pun ternyata sudah bangun dan tanpa cuci muka segera datang menghampiri kami untuk makan.
Makanpun selesai dan dilanjutkan dengan acara bebas sambil menunggu penutupan acara beberapa saat lagi. Saat itu aku bergabung dengan teman-temanku yang lain membicarakan banyak hal yang tidak kami lewati bersama. Dan tibalah saatnya penutupan acara, kita semua membentuk lingkaran untuk saling bersalam-salaman dan meminta maaf. Dan kudapati kamu berada jauh diujung sana bersama dengan temanmu yang lainnya. Aku yang notabene-nya baperan ini tidak dapat menahan tangisku saat melihat temanku sendiri menangis sehingga tumpahlah air mataku saat berkeliling bersalaman dengan yang lainnya. Dan saat aku menyambangimu hendak bersalaman, tangisku semakin tumpah dan tak dapat kubendung. Tangis yang benar-benar tidak pernah kulakukan setelah sekian lama. Mungkin karena kamu yang selama ini terlalu baik padaku. Dan entah kenapa saat itu kurasa ada sesuatu yang menarikku untuk memelukmu dan aku juga melihatmu seperti hendak memelukku namun kau tahan dan begitupun aku. Menahan rasa itu karena terlalu malu dan bingung dengan rasa itu. Lalu pada akhirnya kau hanya mengusap kepalaku dan berkata “Aku titip yah, tolong dijaga baik-baik.” Dan aku kembali menangis dengan jeleknya sambil mengangguk mengiyakan. Kamu berkata lagi “Udah jangan nangis, jelek ih” sejujurnya aku ingin tertawa tapi apa daya air mata itu tak dapat dibendung dan malah semakin deras mengalir.
Aku sudah mulai berhenti menangis dan tak lama sesaat setelah penutupan acara bersama itu. Kita berempat belas berkumpul dan aku awalnya tidak menyadari bahwa kamu berdiri disampingku. Hingga akhirnya kamu sempat mengajakku berbincang dan setelah itu kembali air mataku mengalir namun tidak sederas sebelumnya. Dan kau yang berada disampingku saat itu mengelus kepala dan pundakku berusaha menenangkan. Sekali lagi terimakasih sudah mengerti.


Aku semakin menyadari hal itu beberapa hari yang lalu, dan itupun karena dia memberitahuku tentang semua itu. Tentang perilakumu saat aku menangis hebat waktu itu. Menurutnya saat kau mengusap kepalaku saat aku menangis hebat itu tatapan matamu menyiratkan sesuatu, ada yang lain dari tatapanmu itu, bukan tatapan kasihan, namun seperti tatapan kau ingin menjagaku begitu menurutnya. Dan karena ia mengatakan hal itu, aku jadi mengingat-ingat semua yang pernah kau lakukan saat kita bersama atau semua yang pernah kau lakukan untukku. Dan lagi setelah diingat-ingat dan dipikirkan kembali dari semua perilakumu terhadapku itu, banyak sekali yang menurut kepedeanku kamu benar-benar dengan rela dengan senang hati melakukannya untukku, dan menurut kepedeanku lagi aku menyimpulkan sepertinya kamu menyukaiku. Maaf jika aku salah. Tapi banyak hal yang merujuk kepada kesimpulan itu.
Jika itu memang benar adanya, terimakasih sejujurnya. Tapi aku tidak mengerti, kenapa kamu bisa menyukaiku? Memangnya ada apa didiriku ini sampai kamu bisa menyukaiku? Padahal kamu jelas-jelas sudah tahu bahwasanya aku menyukai dia. Apa yang membuatmu bertahan tetap menyukaiku padahal kamu tahu kemungkinan aku untuk membalas itu sangatlah kecil?



To be continue….

0 komentar:

Posting Komentar