Hari Itu
(sebuah cerita fiksi
mengenai sebuah kontroversi hati)
Disclaimer:
All casts here belong to theirselves. Cerita ini hanya
fiktif belaka. Adapun kesamaan nama, tempat, waktu, adegan dll hanyalah
kebetulan semata.
Enjoy the story.
-----
“I’ve never imagine before that you will fall for me. Cause
to be honest that time I was trying to catch his attention. And not you.”
Hani POV
Awal Musim Panas
Ini pilihanku untuk bersama kalian. Makadari itu aku harus
sungguh-sungguh melakukan tugas ini.
Musim Panas menuju Musim Gugur
“Jangan pernah ada penyesalan atas apa yang sudah kau pilih”
itu selalu menjadi pemicuku untuk terus bertahan dan melakukan tugas ini
semaksimal mungkin. Dan tak terasa tugas ini sudah lebih dari setengahnya
terlewati dengan segala persiapan yang sudah dan masih terus dilakukan sampai
datangnya hari itu. Hari penentuan hasil tugas. Setiap hari bersama kalian
selalu bisa membuatku tertawa dan membuat hariku berwarna.
Pertengahan Musim Gugur
Sekitar 2 minggu sebelum hari penentuan hasil tugas yang
sudah kita kerjakan kita ketahui bahwa acara inti penentuan itu akan
dilaksanakan di hutan, berkonsepkan camping dan outbond. Dan hari itu aku
memilih untuk masuk kelompokmu. Mengapa? Karena menurutku kelompokmu merupakan
kelompok yang paling aman dan tidak akan menimbulkan sesuatu yang tidak
diinginkan, yah meskipun sesungguhnya aku iri dan ingin satu kelompok
bersamanya. Namun sayangnya kupikir jika aku sekelompok dengannya nantinya akan
sangatlah awkward. Hingga pada akhirnya walaupun dengan agak sedikit berat
kupilih untuk sekelompok denganmu.
Aku yang notabene-nya tidak mengerti apa-apa diharuskan
untuk bertanya agar tidak terlalu kosong. Dan karena kamu adalah yang lebih
banyak pengalamannya dibanding kami, akupun tak henti-hentinya bertanya padamu.
Dan sejak saat itu tak henti-hentinya kita berbincang walaupun bukan mengenai
tugas kita. Kamu seringkali melontarkan humor yang selalu bisa membuatku
tertawa.
Seiring berjalannya waktu, persiapan yang setiap harinya
menjadi semakin matang dan akhirnya hari itu, tibalah hari penentuan hasil pelaksanaan
tugas kita.
Hutan, Malam Hari di Penghujung Musim Gugur
Sejujurnya aku ini orangnya agak penakut. Yah, walaupun aku
selalu berusaha menyembunyikannya. Tapi tetap saja pada saat itu aku tidak bisa
menyembunyikan rasa takutku sehingga aku tak henti-hentinya mengajakmu bicara.
Tapi terimakasih sudah mengerti akan ketakutanku dan terimakasih pula sudah
berusaha menjagaku (walaupun aku baru menyadarinya saat ini dan bukan sejak
saat itu).
Saat tugas kita hampir selesai, tinggal beberapa menit kita
tunggu dan tinggal beberapa titik kita sambungkan. Ditengah keseriusan itu, kau
melontarkan kata-kata yang lagi-lagi bisa membuatku tertawa. Otomatis aku
melirik ke arahmu dan hampir tertawa terbahak, namun untung saja aku masih bisa
menahannya. Dan akhirnya semua tugas itupun selesai.
Tak terasa, karena tugas itu ternyata banyak waktu yang
sudah terlewati dan saat itu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Bahkan aku
sendiri yang biasanya paling peka mengenai waktu tidak menyadari hal itu.
Segera aku dan yang lain membersihkan diri dan mengganti pakaian agar bisa
segera tidur dan beristirahat. Namun ternyata setelah membersihkan diri dan
mengganti pakaian, waktu sudah menunjukkan pukul 4 yang mana itu sangatlah
tanggung karena tak lama lagi dari itu matahari pagi akan segera terbit. Dan
setelah kembali ke tempat kita akan beristirahat ternyata hampir semua tempat
sudah terpenuhi hanya terdapat beberapa space kecil untuk sekitar 4 orang lagi.
Dengan segera akupun merapihkan tas dan barang-barangku agar dapat kugunakan
untuk tidur. setelah membereskan barang dan hendak tidur, aku mendapati ternyata
kamu juga belum tidur. kamu duduk disebelah kananku yang hanya terhalang oleh
beberapa tas. Sedikit kita berbincang mengenai kenapa aku belum tidur dan
kenapa kamu belum tidur. dan pertanyaan itu kamu jawab “Mau jagain kamu sampe
kamu tidur dulu” sejujurnya aku kaget namun berusaha kusembunyikan itu dan
hanya mendecih dan agak tertawa leceh. Kemudian akupun berbaring masih sambil
berbincang denganmu dan tanpa kusadari akhirnya akupun tertidur.
Begitu matahari pagi terbit dan menyinari aku terbangun dan
melihat ada kain yang menyelimutiku mungkin agar aku tidak kedinginan ketika
tidur tadi. Dan saat kulihat kesebelah kananku ternyata kau tengah tertidur
tanpa selimut apapun. Segera kupindahkan kain yang menyelimutiku kepadamu agar
kamu tidak terlalu kedinginan. Akupun segera bangun dan keluar dari tenda
melihat keadaan diluar yang ternyata sudah cukup banyak orang yang tengah
beraktifitas. Kulihat Mina eonni tengah sedikit jengah ketika kudekati ternyata
ia tengah lapar. Segera aku membantunya membawa bahan makanan yang ada dan
membantunya memasak. Saat makanan sudah matang kamu dan yang lainnya pun
ternyata sudah bangun dan tanpa cuci muka segera datang menghampiri kami untuk
makan.
Makanpun selesai dan dilanjutkan dengan acara bebas sambil
menunggu penutupan acara beberapa saat lagi. Saat itu aku bergabung dengan
teman-temanku yang lain membicarakan banyak hal yang tidak kami lewati bersama.
Dan tibalah saatnya penutupan acara, kita semua membentuk lingkaran untuk
saling bersalam-salaman dan meminta maaf. Dan kudapati kamu berada jauh diujung
sana bersama dengan temanmu yang lainnya. Aku yang notabene-nya baperan ini
tidak dapat menahan tangisku saat melihat temanku sendiri menangis sehingga
tumpahlah air mataku saat berkeliling bersalaman dengan yang lainnya. Dan saat
aku menyambangimu hendak bersalaman, tangisku semakin tumpah dan tak dapat
kubendung. Tangis yang benar-benar tidak pernah kulakukan setelah sekian lama.
Mungkin karena kamu yang selama ini terlalu baik padaku. Dan entah kenapa saat
itu kurasa ada sesuatu yang menarikku untuk memelukmu dan aku juga melihatmu
seperti hendak memelukku namun kau tahan dan begitupun aku. Menahan rasa itu
karena terlalu malu dan bingung dengan rasa itu. Lalu pada akhirnya kau hanya
mengusap kepalaku dan berkata “Aku titip yah, tolong dijaga baik-baik.” Dan aku
kembali menangis dengan jeleknya sambil mengangguk mengiyakan. Kamu berkata
lagi “Udah jangan nangis, jelek ih” sejujurnya aku ingin tertawa tapi apa daya
air mata itu tak dapat dibendung dan malah semakin deras mengalir.
Aku sudah mulai berhenti menangis dan tak lama sesaat
setelah penutupan acara bersama itu. Kita berempat belas berkumpul dan aku
awalnya tidak menyadari bahwa kamu berdiri disampingku. Hingga akhirnya kamu
sempat mengajakku berbincang dan setelah itu kembali air mataku mengalir namun
tidak sederas sebelumnya. Dan kau yang berada disampingku saat itu mengelus
kepala dan pundakku berusaha menenangkan. Sekali lagi terimakasih sudah
mengerti.
Aku semakin menyadari hal itu beberapa hari yang lalu, dan
itupun karena dia memberitahuku tentang semua itu. Tentang perilakumu saat aku
menangis hebat waktu itu. Menurutnya saat kau mengusap kepalaku saat aku
menangis hebat itu tatapan matamu menyiratkan sesuatu, ada yang lain dari
tatapanmu itu, bukan tatapan kasihan, namun seperti tatapan kau ingin menjagaku
begitu menurutnya. Dan karena ia mengatakan hal itu, aku jadi mengingat-ingat
semua yang pernah kau lakukan saat kita bersama atau semua yang pernah kau
lakukan untukku. Dan lagi setelah diingat-ingat dan dipikirkan kembali dari
semua perilakumu terhadapku itu, banyak sekali yang menurut kepedeanku kamu
benar-benar dengan rela dengan senang hati melakukannya untukku, dan menurut
kepedeanku lagi aku menyimpulkan sepertinya kamu menyukaiku. Maaf jika aku
salah. Tapi banyak hal yang merujuk kepada kesimpulan itu.
Jika itu memang benar adanya, terimakasih sejujurnya. Tapi
aku tidak mengerti, kenapa kamu bisa menyukaiku? Memangnya ada apa didiriku ini
sampai kamu bisa menyukaiku? Padahal kamu jelas-jelas sudah tahu bahwasanya aku
menyukai dia. Apa yang membuatmu bertahan tetap menyukaiku padahal kamu tahu
kemungkinan aku untuk membalas itu sangatlah kecil?
To be continue….
0 komentar:
Posting Komentar